Bocah Matre (iyuuuuh)

Diposting oleh Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional on

 Matre atau materialistis didefinisikan sebagai memiliki ketertarikan pada harta benda dan meyakini kalau sebuah produk bisa membawa kebahagiaan atau sukses. Tidak hanya orang dewasa saja, tapi dengan berkembangnya kehidupan yang konsumtif, anak pun dapat mulai terjangkiti sifat materialistis sehingga menjadi anak matre. Studi yang dilakukan oleh Penn State’s Smeal College of Business, seperti dikutip dalam No More Misbehavin’ yang ditulis oleh Michele Borba, Ed.D, menyimpulkan bahwa anak-anak sekarang lebih materialistis di usia yang lebih muda lagi
Mengapa anak menjadi Materialistis ?
Penelitian mengenai sifat materialistis pada anak ini dilakukan oleh University of Amsterdam School of Communication Research. Dalam riset tersebut 466 anak dilibatkan sebagai responden.
Sesuai riset, anak yang tidak bahagia berisiko menjadi materialistis ketimbang anak yang bahagia dengan hidupnya. Saat diteliti, anak-anak diminta memberikan rating soal apakah mereka menyukai anak lain berdasarkan harta yang dimiliki. Anak juga diminta menilai seberapa bahagia mereka dengan kehidupan, rumah, orangtua, teman, sekolah dan diri sendiri secara keseluruhan. Dan iklan di televisi ikut memberikan kontribusi pada sifat materialistis pada anak ini.
“Anak yang tidak puas dengan hidupnya menjadi materialistis, tapi hanya jika mereka sering terekspos iklan,” ujar pimpinan riset tersebut Suzanna Opree seperti dikutip Baby Center. “Iklan sepertinya mengajarkan anak kalau harta benda merupakan jalan untuk meningkatkan kebahagiaan,” tambahnya.
Orangtua sebaiknya tidak mendorong anak menjadikan harta sebagai sumber kebahagiaan. Bantu anak mencari sumber kebahagiaan lain seperti cinta, pertemanan dan bermain.
“Kuncinya adalah lakukan sejak dini, ketika anak masih fleksibel dan terbuka pada suatu aktifitas dan pengalaman baru,” jelas Marta. “Saat anak sudah berusia 8 atau 10 tahun, sudah terlambat untuk meminta mereka tiba-tiba mematikan televisi dan bangun dari sofa dan melakukan aktifitas fisik,” tambahnya.
Tips Agar Anak Tidak MATERIALISTIS
Sifat materialistis bisa dicegah sejak dini. Bagaimana caranya?
Menjadi tugas orangtua untuk menanamkan pemahaman kepada anak bahwa karakter moral, kontribusi terhadap lingkungan, dan kualitas hubungan mereka akan jauh lebih bernilai ketimbang materi yang bisa diperoleh.
Dengan kata lain, orangtua perlu meyakinkan anak bahwa identitas mereka tidaklah didasarkan pada apa yang mereka punya, tetapi pada siapa mereka. Orangtua perlu mempelajari sejumlah cara bagaimana cara membesarkan anak tanpa membuat mereka menjadi individu yang materialistis.
Berikut cara-cara yang disarankan:
  • Membatasi tontotan TV
Ini aturan yang sering disebutkan oleh para ahli. Sebaiknya anak tidak menonton lebih dari dua jam setiap hari. Selain sejumlah program yang dibuat banyak yang masih tidak sesuai dengan usia anak, iklan yang muncul di antara program tersebut kerap menarik perhatian anak dan pada akhirnya membuat mereka menginginkannya.
Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan perhatian anak saat jeda iklan. Kalaupun tidak, jelaskan kepada anak tentang teknik pemasaran yang biasa digunakan dalam iklan. Atau tonton acara yang tidak ada iklannya
  •  Perhatikan apa yang diinginkan anak
Bila Anda melihat anak ingin menggunakan pakaian dengan merek ternama karena melihatnya di majalah, inilah waktunya untuk menjelaskan kepada mereka agar tidak selalu mengikuti arus. Pada awalnya anak mungkin saja akan kesal, sebal, dan mengatakan Anda tidak paham perasaan mereka. Namun, dengan mengingatkan akan hal tersebut, pada akhirnya anak akan meresapi penjelasan Anda
  • Berani katakan “TIDAK”
Bukan tindakan tepat untuk selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak. Lagipula, menurut Michele, Anda tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidup ini, bukan? Mengatakan “tidak” atau menolak membelikan benda-benda yang diinginkan anak bukanlah hal keliru.
  • Memberikan hadiah tanpa membeli
Sesekali ada baiknya juga melatih anak untuk memberikan hadiah bagi anggota keluarga, yang mereka buat dari kreatifitas mereka sendiri. Hal itu akan mendorong anak untuk kreatif dalam membuat hadiah tanpa mengeluarkan uang, misalnya membuat kartu, puisi, atau poster yang menggambarkan rasa sayang mereka bagi penerima hadiah
  • Menjadi panutan
Sebelum terburu-buru menyalahkan iklan di televisi maupun teman sepermainan anak, coba lihat kembali diri sendiri. Apakah Anda gemar mengoleksi barang tertentu yang harganya sangat mahal? Apakah Anda sebagai orangtua suka membeli aneka busana dari perancang atau merek terkemuka?
Kalau jawabannya iya, orangtua perlu membenahi diri. Perlu diingat, anak lebih meniru orangtuanya. Dengan kata lain, kalau orangtua ingin memiliki anak yang tidak materialistis, harus bisa menjadi contoh.Percuma saja orangtua mengajarkan anak untuk tidak selalu membeli barang mewah sementara sang ibu masih asyik membeli sepatu atau tas dengan harga selangit.
  • Ajarkan prioritas
Gunakan keputusan berbelanja sebagai peluang untuk mengajarkan perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengontrol keinginan yang tidak perlu. Saat berbelanja untuk keperluan sekolah, misalnya, minta anak untuk membuat daftar barang yang diinginkan lalu buat prioritasnya.
  • Latih kesadaran untuk berbagi
Tidak harus memaksa anak untuk mau menyumbangkan benda kesayangan mereka. Orangtua bisa menjadi contoh baik dengan menyumbangkan barang sendiri untuk kegiatan amal dan jelaskan alasan Anda melakukan itu. Setelah itu biarkan anak tahu bahwa mereka dapat mendonasikan barang-barangnya juga. Barang tersebut bisa diberikan kepada sepupu yang lebih kecil ataupun kepada anak-anak yang tidak mampu. Hal itu akan membantu anak menyadari bahwa barang hanya objek semata. Mereka juga belajar untuk melepaskan kesenangan dari barang yang dimiliki agar orang lain dapat merasakan kesenangan yang sama, seperti yang dialaminya.

sumber : kompas.com

Artikel diatas dilindungi oleh DMCA Web Protection.



{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

komentar anda saya tunggu

Follower